Senin, 13 Februari 2017

Peranan TIK diBidang Penanggulangan Bencana Alam


       Dilihat dari letak Geografis dan karakteristik wilayahnya, Indonesia memiliki banyak keuntungan. Terutama di bidang ekonomi dengan pengoptimalan pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Namun di sisi lain Indonesia yang memiliki ribuan pulau ternyata memiliki banyak kerugian, salah satu yang dapat dirasakan dampak karakteristik geografis tanah air kita adalah Indonesia menjadi rawan akan bencana alam. Puluhan gunung berapi di Indonesia yang tersebar di pulau jawa dan sumatera, lempengan Asia dan Australia yang berada di selatan pulau jawa, lempengan yang ada di barat pulau Sumatera dan rendahnya daratan utara pulau jawa merupakan sederet karakteristik yang berpotensi menimbulkan bencana. Meletusnya gunung Krakatau pada 1883, Tsunami Aceh tahun 2004, Gempa Jogja, bahkan tahun 2010 ini, Indonesia diguncang dengan Banjir Bandang di Wasior, Papua Barat, Tsunami di Mentawai, dan Erupsi Gunung Merapi di Jogja dan sekitarnya. 

Terjadinya bencana alam di negeri kita tidak dapat dicegah, namun masyarakat bisa meminimalisir kerugian akibat bencana, baik kerugian materi maupun kerugian jiwa. Disinilah Teknologi Informasi berperan penting dalam menangulangi bahkan memberikan peringatan awal sebelum terjadinya bencana. Sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana sangatlah penting, mengingat secara geologis dan klimatologis wilayah Indonesia termasuk daerah rawan bencana alam. Tujuan akhir dari peringatan dini ini adalah masyarakat dapat tinggal dan beraktivitas dengan aman pada suatu daerah serta tertatanya suatu kawasan. Selain itu pemetaan juga merupakan peran dari penggunaan IT dalam penanggulangan bencana alam. Gejala alam bisa juga diketahui dari tren yang berlangsung. Pola yang terjadi dalam rentang sekian tahun. Teknologi informasi bisa membantu memetakan hal tersebut. 

Beberapa pengalaman pemanfaatan Teknologi Informasi dalam memudahkan penanggulangan bencana di Indonesia sendiri ketika Tsunami melanda Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara dimana ketika itu seluruh jaringan komunikasi terputus, namun para relawan maupun para korban tidak habis akal untuk mengoptimalkan internet sebagai jalur komunikasi untuk mengabarkandan menginformasikan kondisi yang ada pada saat itu ke dunia luar maupun kepada sanak saudara mereka. Melalui blog maupun website, email, chat dan lain sebaagainya pemanfaatan internet ini mereka lakukan. Dampaknya adalah bantuan dari dalam dan luar negeri cepat tersalurkan dan relawanpun terus berdatangan untuk membantu evakuasi jenazah para korban yang meninggal akibat bencana itu.

Bencana alam merupakan masalah yang cukup rumit jika di tangani dengan cara manual. Prosedur penanganan bencana saat ini banyak yang tidak efektif atau bahkan salah sasaran semua itu disebabkan informasi yang terlambat masuk terlebih tidak akurat. Dengan adanya Teknologi Informasi saat ini sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan pada saat bencana akan terjadi. Teknologi Informasi tidak dapat mencegah terjadinya bencana secara keseluruhan, tetapi dengan adanya Teknologi Informasi kita dapat meminimalkan segala bentuk kerugian, korban jiwa, dan memberikan tindakan-tindakan yang efektif dan efisien,bahkan dapat meminimalkan dampak dari bencana tersebut. 

Dalam memberikan informasi, ini merupakan tugas utama internet sebagai media baru. Namun, bukan hanya itu. Teknologi Internet rupanya memiliki fungsi lain yaitu menggalang dana untuk para korban bencana. Tsunami di Aceh pada tahun 2004 membuktikan bahwa internet bukan hanya memiliki fungsi informatif, tetapi dapat pula menjadi lahan mencari dana. Salah satu situs yang berhasil menggalang dana paling besar pada saat itu adalah amazon.com, salah satu situs ritel yang sukses mengumpulkan lima puluh ribu dermawan dengan penghasilan lebih dari 32,6 miliar yang kemudian disalurkan melalui organisasi palang merah di Amerika Serikat. Selain itu yang berhasil dikumpulkan oleh tim AirPutih sebuah komunitas IT yang berhasil menggalan bantuan melalui website yang kemudian menyalurkannya berupa alat-alat telekomunikasi, komputer dan lain sebagainya sebagai alat untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Lebih dari itu, ternyata perkembangan teknologi informasi juga bisa mengetahui kondisi korban dan mencari orang yang hilang akibat bencana. Seperti situs BBC yang mencari salah satu warga Belanda yang menjadi salah satu korban Tsunami di selatan Thailand. Mediacenter Airputih juga memanfaatkan hal serupa dan berhasil membantu salah seorang warga Malaysia yang juga menjadi korban Tsunami di Aceh. Ini membuktikan bahwa teknologi informasi berkembang untuk peradaban manusia, menyesuaikan kebutuhan manusia untuk keberlangsungan hidup manusia. 

Dalam membantu menanggulangi dampak bencana yang ada, perkembangan teknologi berupa internet rupanya telah memberikan sumbangsih besar bagi pemulihan wilayah maupun pemulihan korban yang telah terkena bencana alam. Namun bagaimana peran teknologi informasi dalam meminimalisir besarnya kerugian materi dan kerugian jiwa akibat bencana ? Masih membahas pengalaman kita pada Tsunami Aceh tahun 2004 dimana kerugian yang ditimbulkan mencapai ratusan miliar untuk merekonstruksi lagi kota yang telah mati akibat bencana tersebut. 

Apabila kita analisis lebih jauh, sebenarnya hal tersebut bisa diatasi sejak dini dengan memberikat peringatan dini lebih awal dengan melihat tanda-tanda yang atau gejala yang terjadi di lokasi tersebut. Berkaca pada Jepang, salah satu negera paling rawan terjadi gempa, pemanfaatan teknologi informasi disana rupanya sudah mencapai bagaimana memberikan peringatan sangat dini untuk mengetahui adanya potensi gempa di salah satu lokasi tertentu yang bisa diketahui adanya potensi gempa. Hal ini sangat berpengaruh sekali terhadap masyarakat Jepang, karena dengan peringatan sangat dini, sebelum terjadinya gempa, masyarakat dapat mempersiapkan mental dan segala sesuatunya yang akan diselamatkan, baik itu dokumen penting, sumber-sumber finansial, mapun barang-barang berharganya, atau bahkan mereka dapat mengungsi lebih awal sebelum terjadinya gempa yang tentu akan menyulitkan mereka untuk bermigrasi ke tempat lain. 

Peringatan dini pulalah yang bisa mengurangi atau meminimalisir kerugian akibat bencana alam. Inilah yang mungkin harus bisa juga dikembangkan di Indonesia, mengingat negara kita merupakan negara kepulauan dimana gempa, tsunami, dan potensi meletusnya gunung berapi merupakan sebuah ancaman bencana, yaitu meningkatkan peran teknologi informasi dalam memberikan informasi lebih awal tentang potensi terjadinya bencana alam di daerah tertentu. Karena selain akan meminimalisir kerugian negara, hal tersebut juga menyelamatkan jiwa masyarakat yang berada di wilayah tersebut. Namun, penggunaan media baru oleh masyarakat Indonesia berupa internet dengan segala situs-situsnya menjadi modal awal bagi masyarakat kita untuk dapat memperoleh informasi mengenai potensi bencana alam. Seperti yang disediakan oleh beberapa situs yang memang concern terhadap antisipasi bencana alam, informasi-informasi mengenai potensi bencana alam di wilayah ternentu, analisa-analisa mengenai terjadinya gejala alam terntentu. 

Selain itu, saat ini, muncul sebuah sistem baru yang dikenal dengan geolocation, yaitu sebuah sistem identifikasi lokasi geografis dari dunia nyata yang berasal dari sambungan computer, handphone, pengunjung website dan yang lainnya Jadi dengan koneksi internet saja kita dapat mengetahui lokasi-lokasi mana saja yang ingin kita cari berdasarkan karakteristik yang kita inginkan. Seperti kaitannya dengan bencana alam, kita dapat mengakses informasi berdasarkan potensi terjadinya tsunami, atau potensi terjadinya gempa, dan lain sebagainya. Jadi, perkembangan teknologi senantiasa memberikan banyak kemudahan dan keuntungan bagi penggunanya, salah satu yang dapat kita rasakan adalah ketika bencana alam melanda bangsa kita, dalam keadaan darurat dan mengkhawatirkan ternyata teknologi informasi dan komunikasi dapat memberikan alternatif jalan keluar untuk menginformasikan bagaimana kondisi daerah bencana, menjadi alternatif bagi pengumpulan bantuan untuk korban bencana, mencari orang atau sanak saudara yang hilang akibat bencana dan lain sebagainya. Jadi masyarakat dimudahkan untuk menanggulangi bencana dengan cepat dan sigap. Namun diluar itu, perkembangan teknologi memberikan alternatif baru untuk masyarakat dalam meminimalisir atau mengurangi kerugian akibat bencana alam serta membantu masyarakat untuk mewaspadai adanya gejala-gejala alam tertentu jadi masyarakat kita dapat mengantisipasi kemungkinan apa yang akan terjadi, apa yang harus dipersiapkan, dan bagaimana cara menyelamatkan diri, harta benda, dan surat-surat berharga yang beresiko hilang ketika bencana alam melanda. 

Bencana alam memeng tidak bisa dicegah, namun manusia dengan segala kecerdasannya dapat mengantisipasi terjadinya bencana alam. Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dengan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir. Saat ini bencana alam memiliki intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda seperti banjir musiman dibeberapa daerah sampai gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004 yang memakan banyak korban jiwa, kondisi ini memaksa diadakannya upaya cepat untuk memunculkan inisiatif pembenahan manajemen bencana, dengan melihat potensi bencana besar yang melanda Indonesia dan perlunya penggunaan teknologi dalam mitigasi bencana serta belum cukupnya pengalaman Indonesia dalam menghadapi bencana alam tertentu seperti gempa bumi dan tsunami maka perlu mengadakan kerjasama dengan negara yang sudah berpengalaman seperti Jepang. Informasi bencana alam sangat dibutuhkan dalam upaya pengelolaan bencana alam terutama pada langkah-langkah mitigasi dan persiapan menghadapi bencana. Mitigasi ini merupakan proses pencegahan atau pengurangan kan kemungkinan terjadinya bencana dan pengurangan kerugian akibat terjadinya bencana, sedangkan langkah persiapan menhadapi bencana ini termasuk pula melakukan prediksi dan peringatan dini akan terjadinya bencana (early warning). Informasi bencana alam yang tersusun dalam data base sangat penting tepat waktu bagi semua pihak, agar semua pihak yang berkepentingan dapat memperoleh informasi bencana yang diperlukan, maka diperlukan sarana diseminasi dan sosialisasi informasi. 

Pengembangan sistem pemantauan bumi guna mendukung sistem alam bencana ini bertujuan meningkatkan dan mengembangkan pemanfaatan teknologi inderaja satelit dan SIG dengan menyediakan informasi inderaja secara operasional untuk pengelolaan bencana. Pengembangan sistem informasi untuk mitigasi bencana alam menggunakan data pengindraan jauh antara lain bertujuan untuk :
a)Membangun data base informasi bencana alam, meliputi kebakaran, kekeringan, banjir, iklim rawan pangan, 
b) Membangun media publikasi data base informasi bencana lam untuk sosialisasi distribusi dalam bentuk website/home page yang bisa diakses untuk pengguna secara muda lewat jaringan internet 
c) Membangun media koordinasi antar lembaga/instansi terkait dalam rangka komunikasi, analisa dan penentuan kebijakan bersama untuk mitigasi bencana. Dengan melihat permasalahan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Pemerintah Jepang melalui Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi (MIC) telah menandatangani Nota Kerjasama (MoC) dalam bidang penyiaran digital untuk kewajiban pelayanan universal (USO). Menindaklanjuti MoC diatas dicapai satu rencana untuk menggunakan pusat data Kominfo dan jaringan komunikasi untuk mitigasi bencana di Indonesia. Teknologi Informasi ini dilakukan karena pentingnya penanganan bencana yang sangat cepat. Dengan adanya IT dalam penanggulangan bencana maka hal ini dapat membantu sekali dalam efisiensi dan kesiagaan untuk membantu dan menangani suatu daerah aau tempat yang tertimpa bencana 



Peran Internet pada Bencana Alam Begitu banyak bencana alam yang terjadi di negeri ini, tsunami, banjir, longsor, angin putting beliung dan bencana lainnya. Lalu apa yang Internet bisa lakukan untuk menanggulangi berbagai bencana alam yang terjadi? Internet memiliki peran yang tidak kecil dalam proses penanggulangan bencana alam, seperti halnya pada saat bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh di akhir tahun 2004 dimana seluruh sarana komunikasi terputus pada waktu itu. Internet menjadi media yang pertama kali menghubungkan Aceh dengan dunia luar, sehingga beragam informasi dari Aceh bisa dipublikasikan ke luar Aceh. Internet sebagai Media Komunikasi Internet bisa dimanfaatkan sebagai media untuk berkomunikasi, baik melalui e-mail, chatting, dan forum publik. Seperti pada saat terjadi bencana Tsunami di Aceh, dengan Internet, relawan-relawan kemanusiaan bisa berkomunikasi via email ataupun ngobrol dengan menggunakan Internet Messenger seperti Yahoo Messenger ataupun MSN Messenger dengan induk organisasinya untuk berkoordinasi terkait kebutuhan logistik, laporan kondisi dan info penting lainnya, begitu pula jurnalis bisa mengirimkan berita ke kantornya yang berada di kota lainnya dalam waktu singkat. Publikasi Informasi melalui Website Internet bisa dimanfaatkan untuk menjadi media publikasi informasi, baik melalui website ataupun mailing list. Seperti pada saat bencana banjir di Sinjai, tim relawan mengirimkan data foto kondisi daerah Sinjai yang rusak parah terkena banjir melalui email dan kemudian foto-foto tersebut dipublikasikan tim AirPutih melalui website www.mediacenter.or.id sehingga masyarakat di seluruh dunia bisa melihat kondisi di sinjai. Berita-berita terkini pun bisa diakses dengan cepat melalui website. Catatlah beberapa media online seperti detik.com, media-indonesia.com yang menyajikan informasi ketika terjadi bencana di sebuah tempat. Penggalangan Dana di Internet Penggalangan dana bantuan pun bisa dilakukan melalui internet. Situs ritel Amazon.com saja mampu mengumpulkan lebih dari lima puluh ribu dermawan. Lebih dari US$ 3,5 juta (Rp 32,6 miliar) akan disumbangkan lewat organisasi palang merah di Amerika Serikat. Contoh lainnya adalah seperti yang dilakukan oleh Tim AirPutih, menggalang bantuan dari berbagai pihak melalui media website. Walhasil, komunitas Teknologi Informasi (TI) tergerak dan memberikan berbagai macam bantuan baik berupa peralatan telekomunikasi, komputer, dan lain sebagainya yang digunakan untuk proses penanggulangan bencana. Mencari Orang Hilang di Internet Selain sebagai media menyalurkan dana bantuan, internet juga dimanfaatkan sebagai sumber informasi mencari orang hilang. Situs BBC, misalnya, memungkinkan seorang warga negara Belanda bernama Rob Delissen untuk melacak keluarganya yang ada di pulau Koch Racha Yai. Pulau tersebut terletak di bagian selatan dari Phuket, Thailad, salah satu daerah korban tsunami. Begitu juga Situs MediaCenter AirPutih, memungkinkan seseorang yang berada di kuala lumpur untuk melacak keluarganya yang berada di Aceh sehingga bisa mengetahui keberadaannya di posko tim relawan INTI dan bisa menemuinya di posko tersebut. Melalui Internet, kita bisa senantiasa mengikuti perkembangan-perkembangan terkini seperti halnya gejala-gejala alam. Beberapa ahli saat ini telah memiliki website untuk menuliskan analisa mereka tentang gejala-gejala alam seperti yang dilakukan oleh Rovicky, pakar geologi lulusan UGM ini melalui blognya di alamat rovicky.wordpress.com. Beliau memaparkan pemikiran-pemikirannya seperti gempa di Aceh, analisa tentang lumpur di sidoarjo, dan lainnya sehingga wawasan kita tentang alam ini bertambah dan bisa melakukan antisipasi ketika bencana terjadi.

Alat Pedeteksi Bencana Bumi dan Alam Sekarang Dapat Dideteksi


Tahukah Anda? Ternyata Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indonesia sudah memiliki alat yang dapat mendeteksi adanya bencana bumi, alat tersebut bernama Multi Parameter Radar (MPR) dan INA TRITON Buoy. Teknologi ini merupakan hasil kerja sama BPPT dengan Japan Agency for Marine Earth Science and Technology (JAMSTEC). Radar seharga Rp 10 miliar ini merupakan hibah dari Jepang sebagai mitra kerja sama untuk digunakan dalam operasional riset.
Fadly Syamsudin, Peneliti utama dari BPPT mengungkapkan, radar ini bisa memberi peringatan dini (early warning system), saat bencana akan datang. Parameternya mencakup dua hal yaitu angin dan curah hujan. Dari dua parameter tersebut kita bisa memperoleh empat atau lima data sekaligus.
Perwakilan Japan International Cooperation Agency (JICA), Tomoyuki Tada mengungkapkan bahwa data-data cuaca ini sangat penting. Kita dapat memprediksi apa yang akan terjadi di waktu mendatang melalui data sebelumnya. Termasuk bagaimana siklus hujan berulang, dan kekuatan hujan. Sehingga kita bisa menghindari siklus banjir dan kekeringan yang kerap terjadi.
Peluncuran kedua teknologi canggih ini telah dilakukan pada Bulan Maret 2012 di Jakarta, sebagai bagian dari upaya antisipasi bencana. Teknologi mutakhir ini mendapat apresiasi yang sangat besar dari seluruh penduduk Indonesia. Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar dan juga Negara yang berpotensi terhadap berbagai bencana. Kelebihannya yang lain, Radar ini bisa dipindahkan sesuai kebutuhan. Serta, adanya radar canggih ini juga membantu dalam perekaman data cuaca.
Alat Selain radar (MPR) yang diluncurkan oleh BPPT adalah Ina Triton Buoy. Bentuk alat ini seperti pelampung. Fungsi dari Ina Triton Buoy adalah memantau perubahan unsur cuaca di atas dan bawah laut. Jadi saat ini kita dapat mengetahui perubahan iklim yang akan menampakkan tanda awal di permukaan laut. Misalnya adalah terjadinya badai, yang ciri-cirinya yaitu didahului dengan suhu permukaan laut akan berubah menjadi lebih tinggi. Akibatnya tekanan menjadi rendah dan massa udara mengalir dari bawah ke atas permukaan.
Ina Triton Buoy ini memiliki jangkauan di atas laut sampai sepuluh meter, sedangkan bawah laut sampai lima ratus meter. Dan lebih hebatnya lagi, Indonesia adalah negara ASEAN pertama yang memiliki Pelampung Pendeteksi Bencana (Buoy). Karena Negara yang telah memiliki alat pendeteksi Bencana ini hanya Jepang dan Amerika.
Sebagai informasi, Alat yang Dapat Mendeteksi Bencana ini telah mulai beroperasi pada bulan Juni 2012 dan ditempatkan di utara Papua. Dengan memasang buoy ini berarti Indonesia menjadi negara yang turut serta dalam sistem pemantauan bumi (Global Earth Observation System of Systems atau GEOSS).

ALAT  YANG DIGUNAKAN DALAM BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
1.      SEISMOMETER

Seismometer (bahasa Yunaniseismos: gempa bumi dan metero: mengukur) adalah alat atau sensor getaran, yang biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram.
Prototip dari alat ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada masa tersebut bisa menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi.
Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti ini disebut seismometer broadband.
Seismograf adalah sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi. Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran gerakan bumi yang dicatat dalam bentukseismogram.
2.       TILTMETER
Tiltmeter merupakan alat pengukur deformasi gunung yang berfungsi untuk mendeteksi pengembungan atau pengempisan tubuh gunung. Perangkat Tiltmeter sendiri terdiri dari tiga komponen utama, yaitu Pelat Tiltmeter, Portable Tiltmeter, dan Readout Unit.

Struktur yang dipandang perlu untuk dilakukan pengukuran dengan metode Tiltmeter adalah struktur yang secara visual telah menunjukkan adanya perubahan posisi secara horizontal atau vertikal agar dapat diketahui intensitas gerakannya.

Untuk kasus sebuah gunung berapi, biasanya para ilmuwan akan memasang Tiltmeter di banyak titik, mulai dari kaki gunung hingga dataran-dataran tertinggi yang diperkirakan sebagai jalur aliran lava.
3.      BUOY TSUNAMI

Alat yang disebut Buoy Tsunami Indonesia ini merupakan alat pendeteksi tsunami pertama yang berhasil diciptakan para peneliti Indonesia. Rencananya alat dengan bobot seberat 1,23 ton berharga miliaran rupiah ini akan diletakkan di Perairan Samudera Hindia untuk memberi peringatan dini terhadap terjadinya tsunami di daerah Bengkulu, Lampung, Banten dan Jakarta.
Menurut Ridwan, alat yang terdiri dari dua bagian ini salah satunya akan diletakkan di dasar laut pada kedalaman 2100 meter. Sedang yang lainnya akan diletakkan mengambang di permukaan laut Samudera Hindia.
Alat ini akan bekerja disaat terjadinya gelombang tsunami pertama, dimana sinyal yang dihasilkannya bisa diterima kantor BPPT hanya dalam waktu 3 menit.Sehingga bisa langsung diinformasikan kepada masyarakat. Pemasangan alat ini dilakukan pagi tadi dan menjadi alat pertama buatan Indonesia yang dipasang di Indonesia diantara 21 alat serupa buatan luar negeri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar